Perks being peranakan vol.1

Aditya Hendrawan
2 min readApr 15, 2021

--

“Chinese person, not Chinese”

— Josephine Chia

Nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa

Seperti yang sudah digaungkan oleh Ibu Soed salah satu penyair lagu legendaris Indonesia. Yap, nenek moyang kita semua adalah seorang pelaut tapi buat gua bukan cuman sekadar pelaut, nenek moyang gua adalah seorang pelaut dari negeri seberang. Yap, gua adalah salah satu peranakan tionghoa.

Peranakan, di negeri kita istilah pernakan sangat identik dengan tionghoa. mungkin beberapa kurang familiar dengan frasa peranakan tionghoa. seperti yang gua sebut diawal “chinese person, not chinese” mungkin itu sangat tepat buat kita sebagai kaum peranakan. Menurut Ketua Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia mengatakan peranakan saat ini bukan lagi karena darah, melainkan karena budaya.

Sebagai seorang peranakan tionghoa indonesia, apalagi gua dibesarkan di daerah yang seorang peranakan menjadi minoritas. sangat minoritas. Keadaan minoritas ini sangat berdampak pada lingkungan pertemanan gua. Mungkin karena gua berbeda dengan yang lain sehingga perundungan sangat identik dengan gue selama gue menempuh pendidikan sekolah dasar hingga menengah pertama.

hoy mayat idup ya ikam (kamu dalam bahasa banjar)?”

ikam makai gincu (lipstik dalam bahasa banjar) kah? udah kayak binian (perempuan dalam bahasa banjar) aja”

“ *tibatiba ngomong ala ala mandarin*”

Yap, itu semua menjadi asupan buat kuping gua selama gue SD-SMP. Entah kenapa gua bisa menerima semua itu ya walaupun terkadang gua merasa kenapa gua terlahir berbeda. Tapi terlepas dari itu mungkin karena dulu di kampung gua rasisme belum se eksis sekarang jadi gua mengaggap hal itu adalah hal yang biasa karena gua terlahir sebagai peranakan.

Yang ingin gua sampaikan kepada seluruh peranakan khususnya tionghoa yang masih mengalami kasus rasisme hingga saat ini,

  1. Jangan pernah merasa outsider, karena walaubagaimanapun juga kita satu INDONESIA.
  2. Mau bagaimanpun juga kita gabisa meminta ingin dilahirkan dalam keadaan bagaimana, so jangan lupa bersyukur dengan apa yang lu dapat.
  3. Tetaplah bangga terhadap nenek moyang kita.
  4. Banyak banyak bersabar, jangan banyak masukin hati ntar mereka juga capek sendiri.

Tapi seiring berjalannya waktu, gua semakin bangga dan bersyukur gue terlahir sebagai peranakan. to be continue.

--

--